PENTING!!! Merawat GIGI saat hamil
Tadinya mungkin gigi sehat-sehat
saja, tapi selama hamil jadi sering cenut-cenut. Ada apa ya?
Ternyata biang keladi sakit gigi di
masa hamil lagi-lagi faktor hormonal. Perubahan hormon selama kehamilan dapat
memicu peradangan gusi. Kondisi ini bisa diperparah jika ibu hamil malas sikat
gigi lantaran sakit yang dirasakannya. Lama-lama gusi akan bengkak dan benjol
seperti bisul yang cukup besar. Aktivitas me-ngunyah dan menelan akan
menimbulkan rasa sakit yang lebih parah.
Lantas, mengapa ibu hamil tidak
menjadwalkan pergi ke dokter gigi?
ALASAN IBU HAMIL TIDAK KE DOKTER
GIGI
* Ibu hamil sengaja menghindari
dokter gigi karena takut.
* Pengetahuan akan pentingnya
periksa gigi kala hamil tergolong minim.
* Sedikit sekali dokter kandungan
yang memberikan informasi mengenai pentingnya perawatan gigi dan mulut selama
kehamilan.
* Masih sedikit litelatur yang
menyinggung permasalahan ini.
* Menganut budaya, “Kalau tidak
sakit, ngapain ke dokter.”
Betul juga, kalau memang tidak sakit
gigi, mengapa harus ke dokter gigi? Inilah alasannya.
ALASAN IBU HAMIL HARUS KE DOKTER
GIGI
* Ibu termasuk golongan sensitif
(sebelum hamil mudah mengalami radang gusi).
* Perubahan hormon juga bisa membuat
gigi yang tumbuh miring dan gigi bungsu (gigi delapan) terasa sakit. Dalam
keadaan fit, gigi bungsu memang tidak akan menjadi masalah. Tapi lantaran
kehamilan, sering kali gusi di sekitar gigi ini membengkak.
* Kontrol rutin ke dokter gigi amat
disarankan karena dengan begitu dokter bisa mendeteksi dan melakukan penanganan
sebelum terjadi peradangan gusi yang parah (timbul benjolan).
* Sakit gigi bukan hal yang
menyenangkan, apalagi dalam kondisi hamil. Selain rasa cenut-cenut yang begitu menyiksa,
ibu hamil pun jadi malas makan. Padahal asupan gizi yang baik penting bagi ibu
dan janin. Sakit yang dirasakan bisa memicu kontraksi.
* Ibu hamil sering mengabaikan
perawatan gigi yang utama, yaitu sikat gigi dua kali sehari, terlebih di
trimester awal karena timbul rasa mual saat menggosok gigi.
* Banyaknya sisa makanan yang
menempel di gigi bisa mengakibatkan karies gigi. Bahkan kalau ibu sering
muntah, kotoran yang menempel pada gigi akan semakin banyak.
* Kontrol ke dokter gigi di awal
kehamilan banyak memberi kan keuntungan, antara lain semua gigi ibu akan
diperiksa dan dibersihkan dari semua kotoran yang menempel termasuk karang
gigi. Jika memang perlu, gigi pasien bisa diolesi fissure sealent yang aman
bagi ibu hamil dan janin agar tidak berlubang.
KALAU TELANJUR SAKIT GIGI
Gigi miring dan gigi bungsu yang
menjadi sumber rasa sakit biasanya mesti dicabut. Namun, berhubung ibu sedang
hamil, pencabutan gigi tak boleh dilakukan. Langkah medis paling aman adalah
dengan pemberian antibiotik yang aman bagi ibu hamil dan janin.
Untuk peradangan gusi, jika tidak
terlalu mengganggu (ibu hamil tidak sampai merasa sakit, peradangan tidak
menjadi lebih parah, dan ibu masih bisa mengunyah makanan) hanya akan dirawat
agar tidak menjadi parah hingga waktunya ibu melahirkan. Peradangan ringan
biasanya akan membaik setelah ibu bersalin. Sebaliknya jika makin parah, mau
tidak mau benjolan yang timbul harus diangkat dengan cara dipotong lewat
operasi kecil yang dita- ngani oleh tim dokter (dokter gigi dan dokter kandungan)
tanpa menunggu persalinan. Asal tahu saja, radang gusi yang tidak tertangani
dapat mengakibatkan gigi tanggal dengan sendirinya.
Jika gigi ibu hamil ada yang
berlubang atau hampir berlubang, biasanya dokter akan menambal gigi tersebut.
Jika memungkinkan mintalah tambalan komposit. Selain lebih cantik karena
sewarna dengan gigi, tambalan ini jauh lebih aman dari amal gam yang mengandung
Pb atau timbel. Tambalan yang bocor pun sebaiknya segera ditangani dengan
dibongkar dan dirawat untuk diperbaharui kembali. Untuk melihat bocor tidaknya
tambalan tidak bisa dilakukan sendiri. Dokter gigi yang bisa mendeteksinya.
Itulah gunanya pemeriksaan rutin ke dokter gigi.
MENJAGA KONDISI GIGI TETAP PRIMA
* Cegah terjadinya karang gigi
dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari.
* Minum air putih sebelum tidur dan
saat bangun di pagi hari untuk membantu menjaga kebersihan mulut.
* Berkunjunglah ke dokter gigi
minimal 3 kali, yakni sebelum ibu memutuskan untuk hamil, saat hamil di
trimester pertama, dan enam bulan berikutnya.
“PANTANGAN” DI DOKTER GIGI
* Foto X-ray atau rontgen. Sekalipun
berdimensi kecil, sebaiknya foto X-ray tetap dihindari. Kalau pun terpaksa, ibu
harus menggunakan pelindung tubuh yang tak bisa ditembus sinar X.
* Cabut gigi. Apalagi jika ibu memiliki
komplikasi, seperti diabetes melitus atau hipertensi. Tindakan urgen misalnya
bila gigi tidak dicabut malah membahayakan kandungan misalnya akan diambil
dengan melalui prosedur panjang dan dikerjakan oleh tim doker yang komplet
(dokter kandungan, ahli penyakit dalam (jika pasien memiliki hipertensi atau
diabetes), dokter gigi, serta dokter anastesi).
* Tambalan amal gam karena
mengandung Pb/timbel. Jika gigi ibu sudah ditambal dengan amal gam, selama
tidak menimbulkan masalah atau bocor, maka tak perlu dibongkar atau diganti
dengan tambalan komposit yang lebih aman. Membongkar tambalan justru dapat
membuka peluang serpihan amal gam masuk ke dalam tubuh.
SEL SARAF PENGINDRAAN MULAI
BERKEMBANG
Begitu pula sel-sel otak yang
berhubungan dengan memori dan fungsi berpikir.
Minggu ke-20 HPHT adalah titik
tengah dari rata-rata masa kehamilan, yaitu 40 minggu HPHT. Panjang janin dari
puncak kepala sampai bokong mencapai 14-16 cm. beratnya sekitar 255-300 g.
Minggu ini merupakan periode yang penting dalam perkembangan sensoris atau
pengindraan, yaitu indra perasa, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
perabaan. Sel-sel saraf yang berhubungan dengan alat-alat indra mulai
berkembang. Begitu pula yang berperan dalam perkembangan memori dan fungsi
berpikir, terus meningkat.
Di kepala janin mulai tumbuh rambut
permanen, bukan lagi lanugo. Meski begitu, sekitar 2 minggu setelah lahir,
rambut ini secara bertahap akan rontok. Selanjutnya tumbuh lagi rambut baru.
Ketebalan atau kelebatan rambut bergantung pada faktor genetik serta nutrisi
yang dikonsumsi ibu.
Kulit janin diliputi vernix casseosa, yaitu lapisan yang sifatnya seperti pelumas. Fungsi vernix casseosa untuk melindungi kulit serta memudahkan proses persalinan nantinya lantaran badan janin jadi “licin”. Sementara, kulit janin makin menebal, ada lapisan epidermis (di permukaan) dan dermis (bagian dalam). Pola permukaan kulit berupa sidik jari, gurat telapak tangan maupun telapak kaki mulai terbentuk pada lapisan epidermisnya.
Kulit janin diliputi vernix casseosa, yaitu lapisan yang sifatnya seperti pelumas. Fungsi vernix casseosa untuk melindungi kulit serta memudahkan proses persalinan nantinya lantaran badan janin jadi “licin”. Sementara, kulit janin makin menebal, ada lapisan epidermis (di permukaan) dan dermis (bagian dalam). Pola permukaan kulit berupa sidik jari, gurat telapak tangan maupun telapak kaki mulai terbentuk pada lapisan epidermisnya.
Di minggu ini, lapisan lemak juga
mulai terbentuk yang fungsinya melindungi bayi ketika lahir kelak dari hawa
yang berbeda serta untuk memproduksi panas tubuh. Lapisan lemak ini terdapat di
bagian leher, dada, dan sekitar pangkal paha.
Apabila janin diketahui berjenis
kelamin perempuan, maka diperkirakan sudah memiliki enam juta sel telur dalam
indung telurnya (ovarium). Akan tetapi, begitu dilahirkan jumlahnya berkurang
menjadi sekitar satu juta sel telur. Rahim pun sudah terbentuk, namun bagian
kanal vagina masih terus berproses.
WASPADAI VARISES
Setelah melalui separuh perjalanan
kehamilan, di minggu ini rahim sudah hampir rata dengan pusar. Dokter akan
terus memantau perkembangan sang janin. Sebagai salah satu upaya latihan
stimulasi, ibu dapat memperdengarkan irama musik klasik untuk merangsang indra
pendengaran janin (meskipun kemampuan mendengar suara dari luar perut ibu baru
dicapai pada umur 24 HPHT) Waspadai bila ibu mengalami varises, warnanya
seperti bercak gelap atau biru keunguan. Selain di kaki, bisa juga terjadi di
daerah jalan lahir. Pada sebagian ibu hamil, varises makin terlihat dan terasa
lebih sakit seiring pertambahan usia kehamilan. Kondisi varises makin memburuk
manakala ibu sering berdiri lama. Usahakan tak berdiri berlama-lama serta
memperbanyak berbaring dengan posisi miring. Bisa juga beristirahat sambil
mengangkat kaki. Ketika duduk, upayakan tidak menyilangkan kaki karena bisa
“memotong” peredaran darah. Gunakan alas kaki atau sepatu yang datar.
Setidaknya itu hal-hal yang bisa membantu mencegah pembengkakan vena. Umumnya,
setelah ibu melahirkan, pembengkakan berkurang. Akan tetapi, biasanya varises
tak seluruhnya akan hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar